Picture from Warta Ekonomi
MovieBurn-Ini adalah pertama kali kami me-review sebuah film yang bukan film horror, daripada kita bosen mengulas film horror melulu, lebih baik, kita akan mengulas film bergenre Sci-Fi yang paling ditunggu-tunggu oleh kalangan pecinta film. Siapa yang tidak asing dengan jagat perfilman Star Wars, pasti anda semua sudah tidak asing lagi. Ya, Star Wars pertama kali meluncurkan seri perdananya pada tahun 1977, yang berjudul; Star Wars Episode IV: A New Hope, yang diarahkan oleh sutradara George Lucas. Film yang dirilis pada 17 Juni 1977 ini dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris terkenal pada zamanya, seperti, Mark Hamill, Harrison Ford, Peter Cushing, dan, mendiang Carrie Fisher. Sebagai sebuah awal dari jagat perfilman Star Wars, film Star Wars: The Rise of Skywalker yang disutradarai oleh J.J.Abrams ini berhasil meraih banyak penghargaan bergengsi, seperti nominasi Piala Oscar dan mendapuk pendapatan Box Office sebesar 775,5 juta USD, atau setara dengan 1.242.356.000 IDR, sungguh angka yang sangat fantastis. Star Wars: The Rise of Skywalker mulai tayang di bioskop tanah air pada, 18 Desember 2019 lalu. Mari kita simak sinopsis dan review film Star Wars: The Rise of Skywalker di bawah ini!
Film yang menjadi berakhirnya jagad perfilman Star Wars ini, jalan cerita masih ada sangkut pautnya dengan film sebelumnya, Star Wars: The Last Jedi. Sebuah pertempuran sengit yang melibatkan
bangsa Resistance dengan First Order, akan berakhir dalam film ini. Kalau penasaran dengan jalan ceritanya, mari kita simak sinopsis berikut.
Siapa yang tidak kenal dengan tirani militer The Firs Order, yang pertamakali dihadirkan di film Star Wars: The Force Awakens. The First Order yang dipimpin oleh Kaisar Agung Snoke (Andy Serkis) ini mempunyai misi menghancurkan lawan bebuyutanya, Resistance yang dirajai oleh Leia Organa (Carrie Fisher). Anak buah Snoke, Kylo Ren/Ben Solo (Adam Driver) anak dari Han Solo dan Leia Organa yang pada kemudian beralih ke Dark Side. Kali ini dia tidak berjuang seorang diri, dia dibantu oleh para pasukanya, Knights Of The Ren. Tetapi, pada film Star Wars: The Last Jedi, Ren berkhianat kepada Snoke, pemimpinya sendiri, dan membunuhnya pada saat itu juga dan secara otomatis menjadi pemimpin yang baru bagi The First Order. Kali ini Kylo Ren menggandeng Palpatine (Ian McDiarmid) untuk bersekutu denganya, yang ia temui di Exegol, pemimpin The Final Order, sebuah bala tentara Star Destroyer, untuk menghancurkan planet-planet. Sebenarnya Palpatine mempunyai niat jahat, yakni menguasai First Order secara sembunyi-sembunyi, dan tak hanya itu, dia juga menciptakan Snoke untuk memengaruhi Kylo Ren menjadi Dark Side. Sampai akhirnya kekuasaan First Order jatuh ke tangan Kylo Ren. Dia (Ren) selalu melakukan segala cara untuk membuat First Order tak terkalahkan. Salah satunya adalah, menghancurkan Resistance dan membunuh Rey (Daisy Ridley). Sebenarnya ia terpaksa melalukan hal tersebut, dikarenakan ia sudah berjanji kepada Palpatine, bahwasanya, bila ia tidak mau membunuh Rey, Palpatine akan mengambil kembali kekuasaan Final Order dari tangan Kylo Ren, yang pada awalnya diserahkan pada nya (Ren)
Merasa pihaknya diserang, Rey, Poe Dameron (Oscar Isaac) dan Finn (John Boyega) berusaha untuk mempertahankan Resistance dari serangan Kylo Ren dan pasukanya. Kylo Ren pun menjalankan misinya untuk membunuh Rey, iapun mencari tahu keberadaan Rey menggunakan kekuatan The Force. Sebenarnya The Force telah disalahgunakan oleh para Sith, untuk menggunakanya ke tujuan yang mereka mau. Tidak membiarkan itu semua, Rey menggunakan Wayfinder, sebuah teknologi masa lalu, tepatnya 25.000 tahun yang lalu, sebelum peristiwa Star Wars terjadi, yang diciptakan oleh para Jedi untuk sistem navigasi zona ruang yang berbahaya. Lalu apa sangkut pautnya dengan The Force?. Teknologi dari The Force sangatlah dibutuhkan agar Wayfinder bisa berfungsi.
Film yang menjadi berakhirnya jagad perfilman Star Wars ini, jalan cerita masih ada sangkut pautnya dengan film sebelumnya, Star Wars: The Last Jedi. Sebuah pertempuran sengit yang melibatkan
bangsa Resistance dengan First Order, akan berakhir dalam film ini. Kalau penasaran dengan jalan ceritanya, mari kita simak sinopsis berikut.
Siapa yang tidak kenal dengan tirani militer The Firs Order, yang pertamakali dihadirkan di film Star Wars: The Force Awakens. The First Order yang dipimpin oleh Kaisar Agung Snoke (Andy Serkis) ini mempunyai misi menghancurkan lawan bebuyutanya, Resistance yang dirajai oleh Leia Organa (Carrie Fisher). Anak buah Snoke, Kylo Ren/Ben Solo (Adam Driver) anak dari Han Solo dan Leia Organa yang pada kemudian beralih ke Dark Side. Kali ini dia tidak berjuang seorang diri, dia dibantu oleh para pasukanya, Knights Of The Ren. Tetapi, pada film Star Wars: The Last Jedi, Ren berkhianat kepada Snoke, pemimpinya sendiri, dan membunuhnya pada saat itu juga dan secara otomatis menjadi pemimpin yang baru bagi The First Order. Kali ini Kylo Ren menggandeng Palpatine (Ian McDiarmid) untuk bersekutu denganya, yang ia temui di Exegol, pemimpin The Final Order, sebuah bala tentara Star Destroyer, untuk menghancurkan planet-planet. Sebenarnya Palpatine mempunyai niat jahat, yakni menguasai First Order secara sembunyi-sembunyi, dan tak hanya itu, dia juga menciptakan Snoke untuk memengaruhi Kylo Ren menjadi Dark Side. Sampai akhirnya kekuasaan First Order jatuh ke tangan Kylo Ren. Dia (Ren) selalu melakukan segala cara untuk membuat First Order tak terkalahkan. Salah satunya adalah, menghancurkan Resistance dan membunuh Rey (Daisy Ridley). Sebenarnya ia terpaksa melalukan hal tersebut, dikarenakan ia sudah berjanji kepada Palpatine, bahwasanya, bila ia tidak mau membunuh Rey, Palpatine akan mengambil kembali kekuasaan Final Order dari tangan Kylo Ren, yang pada awalnya diserahkan pada nya (Ren)
Merasa pihaknya diserang, Rey, Poe Dameron (Oscar Isaac) dan Finn (John Boyega) berusaha untuk mempertahankan Resistance dari serangan Kylo Ren dan pasukanya. Kylo Ren pun menjalankan misinya untuk membunuh Rey, iapun mencari tahu keberadaan Rey menggunakan kekuatan The Force. Sebenarnya The Force telah disalahgunakan oleh para Sith, untuk menggunakanya ke tujuan yang mereka mau. Tidak membiarkan itu semua, Rey menggunakan Wayfinder, sebuah teknologi masa lalu, tepatnya 25.000 tahun yang lalu, sebelum peristiwa Star Wars terjadi, yang diciptakan oleh para Jedi untuk sistem navigasi zona ruang yang berbahaya. Lalu apa sangkut pautnya dengan The Force?. Teknologi dari The Force sangatlah dibutuhkan agar Wayfinder bisa berfungsi.
Picture from iNews
Sementara itu, Rey juga harus berguru pada Luke Skywalker (Mark Hamill) untuk menjadi seorang Jedi, tetapi sayangnya ia harus kehilangan gurunya itu, karena Luke menghembuskan napas terakhirnya di film sebelumnya. Belum ada penjelasan tentang kematian Luke Skywalker pada Star Wars: The Last Jedi, tetapi kematian Luke Skywalker menuai kesedihan para penonton sejati jagat perfilman Star Wars. Akhirnya Rey melanjutkan perguruan untuk menjadi Jedi kepada Leia Organa. Mengetahui Palpatine telah kembali, Rey, Poe, Finn, C-3PO dan BB-8 menemukan sebuah benda arkeologi yang menjadi portal bagi mereka untuk bertemu Palpatine. Akhirnya mereka pun pergi ke sebuah planet padang pasir bernama Pasaana. Salah satu penduduk planet Pasaana, Lando Calrissian (Billy Dee Williams) juga turut serta membantu mereka dalam misi ini. Singkat cerita, akhirnya Kylo Ren mengetahui keberadaan Rey. Ren beserta Knights Of The Ren pergi ke Pasaana. Pasukan First Order menangkap Chewie, yang pergi bersama Rey. Tak merasa takut, akhirnya Rey seorang diri melawan Kylo Ren. Rey juga berusaha menyelamatkan Chewie dari tawanan First Order, tetapi usahanya gagal dan secara tidak sengaja membuat kapal First Order hancur dan membunuh Chewie.
Pada akhirnya Kylo Ren turut serta membujuk Rey untuk bergabung ke Dark Side beramanya guna membuat First Order lebih tak terkalahkan, dengan cara membujuknya bahwa ia (Rey) adalah cucu dari Palpatine dan Ren berkata kepada Rey bahwa ia (Rey) telah membunuh orangtuanya sendiri.
Pada akhirnya Kylo Ren turut serta membujuk Rey untuk bergabung ke Dark Side beramanya guna membuat First Order lebih tak terkalahkan, dengan cara membujuknya bahwa ia (Rey) adalah cucu dari Palpatine dan Ren berkata kepada Rey bahwa ia (Rey) telah membunuh orangtuanya sendiri.
Magnet Dalam Film
Agak berbeda dari film-film Star Wars yang sebelumnya. Tokoh-tokoh baru, wajah-wajah baru yang dihadirkan dalam film ini juga turut membawakan suasana baru yang lebih spektakuler. Karena memang, setelah rumah produksi Star Wars, apalagi kalau bukan Lucasfim telah menjadi bagian dari organisasi induk Walt Disney, yang sebelumnya masih dibawah naungan 20th Century Studios, plot-plot yang dihadirkan berubah 180 derajat dari serial sebelumnya. Bahkan, banyak adegan demi adegan fantastis dan emosional, yang membuat para penonton berdecak kagum, dan mereka berharap banyak pada film ini, sebab terdapat terdapat momen-momen epik didalamnya. Ini adalah salah satu keunikan dari Star Wars yang menarik perhatian para penonton, setiap film selalu menampilkan sesuatu yang berbeda, yang memancing penontonya untuk menonton film-film setelah dan sebelumnya, lagi dan lagi, seakan-akan mempunyai "magnet" tersendiri yang memikat para pemirsa agar tak beranjak dari kursi mereka. Karena tiap adegan selalu membuat greget para penonton. Tak hanya itu, ada juga beberapa scene yang membuat kita menesteskan air mata karena sangat menyentuh, salah satunya adalah momen dimana Leia Organa memeluk Rey, itu adalah adegan yang membuat saya banjir air mata. Dilansir dari Cnet.com, sang editor film, Maryann Brandon sendiri mengaku bahwa ia juga tak kuasa membendung air matanya saat mengedit beberapa adegan-adegan tertentu dalam film ini.
Picture from gamesradar.com
Sungguh penutupan yang sangat luar biasa, sesuai yang diharapkan para penggemar film Star Wars, karena memang di film yang sebelumnya selalu diisi dengan banyaknya adegan peperangan antar galaksi, Star Wars: The Rise of Skywalker menggabungkan antara seru dan haru menjadi satu kesatuan yang indah. Ada juga beberapa kekurangan yang terdapat si film ini, bahwa ada beberapa storyline yang sedikit mengada-ada. Salah satu yang membuat penonton sedikit kesal adalah, bangkitnya Palpatine yang telah lama mati sejak kemunculan terakhirnya pada, Star Wars Episode IV: A New Hope. Sebab, bagi yang mengikuti Star Wars dari awal hingga akhir, akan merasakan kejanggalan, karena mana mungkin yang mati bisa hidup lagi. Mungkin, maksud hati adalah membuat film terasa lebih sederhana agar mudah dimengerti dan tidak terkesan rumit, tetapi malah membuat tidak rasional antara jalan cerita dengan apa yang ada dalam pikiran sang sutradara.
CGI Terbaik
Apa komponen film yang paling penting dan tak boleh diabaikan dalam setiap genre Sci-Fi atau bahkan genre film lainya? Benar sekali, ia adalah Computer-Generated Imagery, atau biasa disingkat CGI, salah satu komposisi dalam sebuah film yang paling penting dan sangat diperlukan bagi sebagian besar genre film. Mengapa demikian, karena aspek visual lah yang patut ditonjolkan dan yang paling diutamakan dalam sebuah film. Kemajuan teknologi yang sangat pesat dan sangat mendukung yang kita miliki saat inilah yang dimanfaatkan para pembuat film dalam menciptakan efek-efek CGI yang memanjakan mata. Tak ketinggalan, Star Wars adalah salah satu dari sekian film Sci-Fi yang mempunyai efek CGI sangat perfek, layaknya grafik dalam sebuah game. Dari A New Hope hingga Rise Of Skywalker tidak ada habisnya menampilkan efek visual yang luar biasa. Tak heran, apabila film ini masuk nominasi Academy Award untuk kategori Evek Visual Terbaik, walaupun tidak menjadi pemenang. Tetapi, Star Wars: The Rise of Skywalker mampu menyaingi film superhero terlaris besutan Marvel Entertaiment, Avengers: Endgame, dan film Disney legendaris, The Lion King.
Tentunya masih berhubungan dengan CGI, Salah satu hal yang terduga dari film ini adalah, bahwa salah satu karakter ikoniknya, Leia Organa yang diperankan oleh aktris legendaris, Carrie Fisher, yang meninggal pada 2016 lalu, ternyata diciptkan kembali dalam "wajah ganda" alias diduplikat dengan efek CGI lama yang tidak digunakan lagi di The Force Awakens, demi lancarnya jalan cerita film. Sehingga terlihat seperti nyata bahwa Carrie Fisher benar-benar ada dalam film ini. Pengaruh efek CGI juga membuat pencitraan dari penghuni planet yang menjadi ciri khas dari Star Wars terlihat mengesankan. Sungguh ide yang sangatlah brilian dari seorang J.J.Abrams yang juga pernah menyutradarai film sejenis, Star Trek pada 2009 lalu, tentu hal ini sangatlah menantang dan tidak mudah baginya. Dikutip dari Esquire.com, melalui wawancara dengan Vanity Fair, seorang kru film bagian efek visual, Roger Guyett, menyatakan bahwa dirinya dan kru lainnya menciptakan jasad digital untuk menciptakan Leia, dan memastikan mimik wajahnya tidak berubah. Roger juga mengatakan, "Saya selalu berpikir, ketika kami melakukan pengambilan ini, bahwa semua orang menatap wajahnya (Leia). Itu adalah hal yang kami pegang, dan selanjutnya kami memperbaiki yang lainnya.
Sentuhan dari efek CGI yang digunakan untuk menghidupkan karakter yang telah meninggal, ternyata sudah teruji dalam film Rogue One: A Star Wars Story. Film tersebut memberikan sebuah wajah baru bagi para penggemar Star Wars. Ya, kemunculan yang paling dinanti, sebuah karakter lawas yang mucul pada film A New Hope, 1977 silam. Ialah seorang penguasa Death Star, Grand Moff Tarkin yang diperankan oleh aktor generasi 60an, Peter Cushing, yang telah meninggal beberapa tahun lamanya. Untuk melepas kerinduan para penonton kepada mendiang Peter, seperti halnya Carrie Fisher, Peter juga dibangkitkan kembali melalui pencitraan komputer dengan tingkat keberhasilan yang sangat luar biasa. Mungkin bagi sebagian orang awam tak mengira bahwa yang ditampilkan di film bukan manusia nyata, dan mengira mereka masih hidup. Tak menutup kemungkinan lagi bahwasanya Star Wars: The Rise of Skywalker turut mendapatkan kesan yang sama dengan film Star Wars yang tayang sebelumnya. Turut juga merasakan bahwa karakter yang telah lama tiada, seolah-olah nyata berada dihadapan kita. Sungguh luar biasa dan tidak mengecewakan.
Picture from Screen Rant
Pro dan Kontra
Dalam sejarah jagad perfilman Star Wars, sebagai "nenek moyang" atau pendahulu dari semua genre film Sci-Fi lainya, yang menjadi panutan dari film-film yang bergenre sama. Bukan hanya efek visual yang mantap dan patut diacungi jempol, banyak juga penghargaan yang diborong. Seperti yang terdapat pada poin sebelumnya, bahwa film Star Wars: The Rise of Skywalker juga mampu menarik minat dan perhatian para penontonya dan menghasilkan pendapatan Box Office yang jumlahnya sangat fantastis. Terlepas dari prestasi dan pencapaian luar biasa dari film ini, beragam polemik dan kontroversi juga melekat erat dalam film ini. Beragam pendapat dilontarkan oleh kritikus film maupun aktor dan aktris terkenal, beberapa dari mereka ada yang tidak suka. Bahkan beberapa kru atau pemain dalam film ini sendiri meramalkan akan terbesit buah-buah persilangan pendapat yang disematkan para penonton setia jagad perfilman Star Wars. Ada beberapa komentator film di berbagai forum media megutarakan opini mereka. Rupanya buah pikiran komentator film bertentangan dengan para penggemar.
Salah satu hal yang mencolok dan menarik perhatian para kritikus film adalah sang sutradara sendiri yang memang ahli dalam genre ini, J.J.Abrams yang telah lama vakum dari perfilman dan penyutradaraan, dan pada akhirnya, di Star Wars: The Rise of Skywalker, dia kembali mengarahkan film ini dengan sentuhan khasnya yang membuat film ini berbeda dari film Star Wars sebelumnya. Sutradara film Star Trek ini, menyelipkan unsur komedi yang renyah dan mampu menetralkan suasana, dipadu padankan dengan adegan kibasan lightsaber yang keren dan epik dari para karakternya. Tak heran bahwa dua film senelumnya, Star Wars: The Force Awakens dan Star Wars: The Last Jedi juga berhasil meraih sukses dan pendapatan yang tak kalah besar dengan Star Wars: The Rise of Skywalker. Namun, ada juga beberapa komentator yang nampaknya tak sependapat dengan kita. Ada yang berkata bahwa film ini tidak orisinil dan terlalu memaksakan. Tetapi ada juga pihak yang menyatakan bahwa mereka sangat menyukai plot twist dan setiap cerita yang ditampilkan dalam tersebut.
Para penggemar berat Star Wars, pastinya akan sangat menunggu-nunggu kelanjutan kisah pertempuran antara Resistance dan First Order yang seru dan fenomenal ini. Semoga ini bukan kisah terakhirnya, karena masih ada beberapa hal dan pertanyaan yang perlu dijawab. Rupanya film yang satu ini masih belum memebayar kepuasan para penontonya. Ada juga rumor yang mengatakan bahwa rumah produksi Star Wars, dikabarkan akan merencakanan lanjutan dari kisah yang spektakuler ini, dana akan menjawab pertanyaan para penggemarnya. Tetapi rumor ini masih diragukan kebenaranya. Apapun yang terjadi, kita selalu berharap yang terbaik, dan sebagai penggemar setia tetap tak sabar menanti kelanjutan petualangan Resistance yang menaklukan First Order ini.
Seperti yang kami review sebelumnya, film ini layak untuk masuk ke daftar film yang wajib anda tonton di akhir tahun, sebagai perayaan menyambut tahun baru bersama keluarga, teman-teman, dan sanak saudara. Menurut media review film yang lain, rate dan komentar dari film ini cukuplah bagus dan cukup memuaskan.
Bagaimana kelanjutan dari perjuangan Rey dan teman-temanya? Berhasilkah mereka menaklukan First Order dan menarik kembali kebohongan Kylo Ren? Ataukah sebaliknya? Tunggu apalagi, beli tiket sekarang dan tonton film Star Wars: The Rise of Skywalker yang tayang di layar kaca indonesia pada 18 Desember 2019 untuk mendapatkan "harta karun" anda.
Tunggu review dari kami berikutnya...
nice info gan
ReplyDelete