Movie Review, "Insidious: The Last Key", Kunci Menuju Alam Ghaib

picture from BookMyShow
MovieBurn-Semenjak film perdana Insidious (2011) tayang di layar kaca seluruh dunia pada dan meraih kesuksesan, franchise film yang satu ini sudah menunjukan popularitasnya dengan membuat takut para penonton. Mengapa demikian? karena bisa kita bisa lihat dari aspek visual, special effects, dan pengambilan gambar dari film tersebut yang tentunya tidak pasaran. Tidak hanya itu, kita juga bisa melihat dari segi cerita dan plot twist yang dibuat itu sudah cukup bagus untuk memberikan kengerian. Keberhasilanya menjadi film horror yang digarap dengan profesional ini pun telah menghadirkan banyak sekuel dan prekuel yang tidak kalah bagusnya dengan film lain. Pada tahun 2011, awal penayangan film pertama Insidious, bisa dibilang film ini adalah film yang meraup keuntungan yang sangat banyak, film ini mendapatkan pengahsilan sebesar 90 juta dolar. Tak hanya itu, film kedua Insidious turut memperoleh penghasilan yang tentunya tidak sedikit dan lebih besar dibandingkan film pertamanya, yaitu sekitar 162 juta dolar. Siapa bilang film Insidious: Chapter 3 tidak bisa sukses layaknya film pertama dan keduanya, film ini berhasil memperoleh sekitar 113 juta dolar. Sang sutradara dan produser film horror terkenal, James Wan pun menggarap film ini dengan sangat profesional, tak heran bila film ini layak masuk ke list film horror yang wajib anda tonton.

Saat ini, sekuel yang keempat dari franchise film tersebut, yang berjudul Insidious: The Last Key telah berhasil menjadi salah satu dari banyaknya film horror yang berkualitas. Sang sutradara The Taking Of Deborah Logan, Adam Robitel, dipercaya oleh sang produser, James Wan untuk menggarap sekuel ini. Di sekuel Insidious sebelumnya, James Wan menggandeng Leigh Whannel sebagai sutradara, yang juga bekerja pada film Insidious: The Last Key sebagai penulis naskah.

Dikutip dari Thrillist, untuk apa nilainya, Shaye mengatakan bahwa dia akan mengikuti Whannell di mana saja, termasuk menyusuri jalan menuju Insidious lain. "Saya tahu bahwa Whannell memiliki ide tentang kemana ia ingin pergi dengan sekuelnya." Robitel mengatakan kepada Hollywood Life baru-baru ini, tetapi "Anda selalu harus bekerja lebih keras dengan sekuel, dan itu benar-benar membutuhkan alasan untuk eksis."   

Film Insidious: The Last Key mengambil latar sekitar tahun 1950-an, beberapa tahun yang lalu sebelum terjadinya peristiwa pada film-film sebelumnya. Cerita dari film ini akan berfokus pada masa muda sang paranormal Elise Rainer (Lin Shaye) yang tinggal di Five Keys, sebuah kota , yang berjuang menghadapi terror dari arwah-arwah jahat yang menghantuinya. Sebelum kita beralih ke review kami mengenai film ini, mari kita simak sinopsis dari film ini.

Elise tumbuh sebagai kakak perempuan dari seorang bocah lelaki yang takut pada hantu yang tidak dapat dilihatnya, dan anak nakal dari seorang ayah sipir penjara yang ketat. Saat Elise remaja, dia berjuang menghadapi ayahnya yang kejam, yang menghukumnya di sebuah ruangan bawah tanah ketika ia memberikan sebuah "bukti". Sejak kecil Elise sudah mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki sembarang orang, yaitu bisa berkomunikasi dengan makhluk halus. Saat Elise berada di ruang bawah tanah, disinilah semuanya terjadi. Dia mendapat bisikan dari arwah jahat untuk membuka sebuah pintu yang seharusnya tidak dibuka oleh siapapun, pada akhirnya Elise pun membuka pintu tersebut dan berhasil membangkitkan sebuah kekuatan jahat. Elise pun melarikan diri dari rumah, karena sudah muak dengan perlakuan ayahnya terhadapnya. Bagi Elise, sejak usianya yang dini, bakatnya tersebut menjadi sumber tekanan mental yang hebat bagi dirinya. Ini adalah permulaan yang mengerikan, dengan bantuan sahabatnya, Specs dan Tucker, dia mencari pertanggungjawaban atas apa yang menghantam dirinya dengan menghancurkan iblis masa lampaunya.

Selepas kejadian itu, Elise memutuskan untuk membantu para manusia yang diganggu oleh roh jahat. Elise pun punya rasa bersalah, dan dia harus bertanggung jawab karena sudah membangkitkan para roh-roh tersebut ke alam manusia. Jikalau kalian sadar, tokoh Elise sebenarnya sudah meninggal pada film Insidious yang pertama. Maka dari itu, karena film yang satu ini akan jadi sebuah prekuel dari cerita-cerita sebelumnya, karakter Elise masih akan jadi tokoh utama yang mengatur alur cerita dalam film tersebut, persis di film Insidious sebelumnya, pada akhirnya karakter Elise bisa dikatakan sebagai spirit dari Insidious, sama seperti Ed dan Lorraine Warren dalam The Conjuring Universe.

       picture from TheWrap
Aspek Cerita

Pada aspek cerita, film ini selalu membuat anda penasaran dengan apa yang akan terjadi berikutnya, adegan demi adegan di film ini pasti akan membuat anda penasaran, kapan hantunya muncul ya? masalah apa lagi yang akan dihadapi oleh Elise? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul di dalam benak anda ketika anda berada di depan layar lebar bioskop. Metode menakutkan yang dibangun oleh James Wan, masih terasa kental pada film ini. Berbagai Jump Scare di film ini pun ditampilkan secara beruntun dan pada saat yang tidak terduga, mungkin ini yang membuat para penonton mesti tarik dan buang napas bertubi-tubi dan tidak diberi jeda. Tidak hanya itu, suasana dengan pencahayaan yang minim pun menjadi highlight tersendiri untuk membangun sebuah suasana kengerian. Mungkin dari kami, kekurangan yang terdapat dalam film ini adalah, jump scare yang ada di film ini masih dikembangkan dengan terlalu lambat, karena jump scare pada film ini paling banyak terdapat pada bagian tengah dan mendekati akhir film. Mungkin bagi kalian yang memang benar-benar pecinta film horror, hal ini agak membuat kecewa. Yang menjadi poin plus pada bagian ini terletak pada kerukunan dan keharmonisan pada keluarga Elise Rainier yang mana membuat penonton juga turut merasakan hal tersebut.

Aspek Visual

Visual yang dibangun dalam Insidious: The Last Key tidak begitu menakutkan daripada sekuel-sekuel sebelumnya. Namun, yang namanya film horror tetap kental dengan suasana latar yang menyeramkan dan menampilkan adegan kejutan yang menjadi spot jantung melalui suasana gelap dan suram yang dibuat dalam film tersebut. Di film ini, Robitel mencoba memanfaatkan keadaan dan situasi seram yang membuat penonton takut: ruang bawah tanah yang minim pencahayaan, barang-barang kuno dan antik, bunyi lantai kayu yang ringkih, serta pintu yang terbuka sendiri. Trik ini sesuai dengan atmosfer dari apa yang membuat film Insidious ini benar-benar mengerikan. Bagian minusnya adalah atmosfer dan suasana mengerikan masih belum mantap, dikarenakan sound effects yang tidak terlalu menggelegar, biasanya efek suara di film horror itu identik dengan suara yang menggelegar dan bergemuruh, justru itu yang menambah suasana horror makin terasa.

Bagi sang aktris Lin Shaye, keikutsertaanya dalam film ini membuat popularitas dirinya semakin naik daun dan banjir banyak pujian dari para penonton. Shaye mengaku, lewat peranya dalam film ini pula turut membuat profesinya semakin benderang dan tetap bisa memerankan sesosok Elise penuh dengan penghayatan yang sangat baik. Seperti biasa, Lin Shaye tetap mempertahankan karateristiknya mulai dari film perdana Insidious hingga film keempatnya ini.

Seperti yang tadi kami bilang, karakter Lin Shaye tidak akan sempurna bila tanpa kehadiran dari asisten paranormal yang ikut membantu Elise dalam menghadapi iblis-iblis jahat, siapa lagi kalu bukan Specs (Leigh Wannell) dan rekanya Tucker (Angus Sampson) yang tampil kembali setelah sekian lama bermain dalam semesta Insidious. Specs dan Tucker turut menyuguhkan bumbu-bumbu humor yang khas ala mereka.

Tetapi segala sesuatu yang berlebihan itu tentunya tidak baik, kami setuju akan hal tersebut. Karena lelucon yang terlalu lawak mempunyai pengaruh yang kurang baik pada esensi horror yang diberikan. Namun, sisi positifnya adalah, sang penulis naskah memanfaatkan lawakan dari Specs dan Tucker untuk memberi napas pada penonton dari seluruh kepanikan melawan makhluk halus.
     
Tunggu Movie Review berikutnya dari kami



 



         

Comments